Wednesday, September 28, 2016

Persidangan Jessica, Persidangan Rasa Sinetron

Agak malas sebenarnya membahas kasus yang satu ini. Tapi melihat sidang yang makin hari makin gak jelas tujuannya membuat kita miris ya sob. Ini sidang apa sinetron. kalo ini sinetron, ini sinetron jenis apa? apakah sinetron fiksi ilmiah? sinetron drama? sinetron horor? atau semacam Reality Show?? Sebenarnya banyak kasus besar yang sejatinya lebih layak untuk dibuka ke khalayak umum, seperti kematian aktivis HAM, Munir misalnya.

Bahkan persidangan Jessica berbarengan dengan membuka kasus lain yang lebih memberi manfaat bagi masyarakat banyak, seperti Persidangan kasus suap Reklamasi yang membawa-bawa nama Gubernur DKI Jakarta, atau Sidang kasus Kartel Perdagangan yang menyeret dua pabrikan besar otomotif di Indonesia. Hampir tiap hari masyarakat dibombardir dengan berita si eneng tersebut. Sampai saya sendiri suka kesal dengan rekan kerja yang di jam kerja malah nonton tuh live persidangan. Apa gak bosen gitu? mendengarkan ocehan-ocehan yang tidak ada manfaatnya bagi kita (bagi kita lho ya, kalo bagi yang menjalani kasus tersebut ya perlu laah diselesaikan kasusnya).

Ada yang menyebutkan Persidangan Jessica memiliki rating yang tinggi, tapi apa benar seperti itu? Tanpa dibombardir oleh media-media mainstream, tanpa terus menerus diblow up oleh media, apa mungkin kasus ini jadi memiliki rating tinggi? Misalnya saja pada awalnya hanya satu televisi yang mengangkat laporan kasus Mirna tsb, tapi media lain adem ayem saja cuma sekali masuk berita di televisi, koran ataupun berita online, itupun cuma sekilas seperti berita kriminal biasa, pastilah Mirna tidak akan setenar sekarang. Pastilah ratingnya tidak tinggi, pastilah masyarakat tidak terlalu ambil pusing dengan kasus tersebut, pastilah masyarakat hanya sekedar mendengar, tau, lalu melupakan hal tersebut tanpa perlu membicarakan dengan orang lain.

Jadi sangat mungkin ada benarnya selentingan kabar kalo hampir semua media mainstream dibayar untuk memblow kasus si jessica-Mirna, ada sponsor yang berani membayar media-media agar terus-menerus mengangkat kasus tersebut, sehingga lambat laun masyarakat pun perhatian, rela duduk berjam-jam menonton live persidangannya di televisi, tanpa perlu lagi ada yang mendanai media televisi karena ratingnya sendiri telah tinggi, yang menarik minat sponsor-sponsor untuk membiayai siaran langsung tersebut. Wallahualam...


No comments:

Post a Comment